Menuntut
psikologi anak di kelas rendah yang cenderung lebih suka bermain dari pada
belajar, membuat kita para guru SD kelas rendah sering kewalahan untuk
mengkondisikan anak belajar di kelas dengan tenang. Sering kali anak – anak
suka membuat ulah di kelas yang membuat proses pembelajaran terganggu dan
tujuan pembelajaran banyak tidak tercapai dengan baik.
Bagi
anak pandai, mereka mungkin akan merasa terganggu dengan kebiasaan teman –
teman mereka yang suka membuat gaduh di kelas. Tetapi bagi mereka yang
mempunyai misi yang sama yaitu bermain, akan mendukung aksi teman – teman
mereka yang bermain di dalam kelas dan boleh jadi mereka akan ikut bermain di
dalam kelas. Bukan karena mereka di biarkan oleh para guru untuk bermain ketika
pembelajaran berlangsung di dalam kelas, tetapi sering kali para guru harus
berkali – kali bahkan harus seribu kali ( versi lebbay. :D ) mengingatkan anak
biang keributan untuk memperhatikan penjelasan dari kita para guru. Tetapi
sekali diperingatkan, satu menit memperhatikan, menit berikutnya mereka sudah
punya kegiatan baru yang menurut mereka lebih menyenangkan daripada belajar. Jadi
untuk 60 menit jam belajar di kelas, mungkin bisa butuh 30 kali kalimat
peringatan untuknya. Satu kali peringatan membutuhkan 30 detik untuk bersuara,
jadi 30 detik dikalikan 30 kali kalimat peringatan hasilnya adalah dibutuhkan
900 detik untuk guru bersuara. 900 detik sama dengan 15 menit jam belajar di
kelas. Jadi 60 menit dikurangi 15 menit sisanya tinggal 45 menit belajar di
kelas yang mungkin efektif oleh para guru untuk bisa digunakan. Hahahahay,,,
begitulah anak – anak sering mudah merasa bosan dengan rutinitas yang sama dan
menurut mereka tidak menyenangkan. Tapi kita para guru seringnya ‘memaksa’
mereka untuk ‘belajar’.
Lebih penting ‘membelajarkan’ mereka, atau lebih
menyenangkan ketika mereka bisa belajar karena senang ?
Membuat anak
biang gaduh untuk belajar mungkin memang sulit, karena kadang mereka tidak
mempan dengan peringatan ataupun hukuman. Yang seharusnya dilakukan oleh kita
para guru adalah mencari jalan keluar bagaimana caranya membuat anak –
anak, baik itu si biang gaduh ataupun mereka yang tergolong anak – anak pandai
merasa senang ketika belajar di kelas. Banyak hal yang bisa kita
lakukan oleh para guru untuk mengkondisikan pembelajaran di kelas seperti
tempat bermain untuk anak – anak, tetapi tetap tidak melupakan tujuan dari
pembelajaran tersebut. Agar mereka bisa merasa senang belajar di kelas dan
belajar dengan baik bukan karena ‘dipaksa’ belajar.
Contoh masalah
yang sering dilakukan oleh biang gaduh di kelas :
1.
Menarik pensil teman yang
sedang mengerjakan tugas dengan serius.
2.
Sering minta ijin kepada
guru untuk keluar kelas dengan alasan meruncingkan pensil dan ketika di luar
kelas mereka malah menonton pertandingan volly yang sedang dilangsungkan oleh
kelas lain pada jam pelajaran olahraga di kelasnya. ( catatan : hal ini bisa
mereka lakukan lebih dari 5 kali minta ijin untuk satu jam pelajaran di kelas
).
3.
Menarik buku teman yang
sedang digunakan untuk menulis tugas dengan seriusnya.
4.
Ketika guru sedang
menerangkan kadang bermain sendiri dengan mainan yang mereka bawa dari rumah
atau yang baru saja mereka beli dari pedagang mainan di luar pagar sekolah
sebelum mereka masuk ke kelas. Ketika mainannya sudah ‘diamankan’ mereka masih
punya pensil, kertas, buku tulis, buku gambar, ataupun benda lainnya yang bisa
juga mereka gunakan untuk bermain.
5.
Berkelahi. ( Hal ini sering
mereka lakukan berkali – kali tanpa merasa berdosa )
6.
Menaruh kaki mereka di
jalan ketika ada teman lain maju ke depan untuk bertanya kepada guru.
7.
Memperhatikan teman lainnya
dan melaporkan kepada guru atas kesalahan mereka. Jangan salah, hal ini bukan
karena mereka tertib atau bertidak disiplin, tetapi malah membuat mereka
terkesan mencari – cari kesalahan teman untuk menutupi kesalahannya sendiri.
Dan dengan begitu anak tersebut malah tidak memperhatikan penjelasan dari guru.
8.
Berteriak – teriak di dalam
kelas sehingga volume suaranya mengganggu penjelasan dari guru.
9.
Mengajak teman bercerita
ketika guru sedang menerangkan.
10.
Bercanda dengan teman
sebangkunya.
11.
Berjalan – jalan di dalam
kelas dan tidak segera menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
12.
Membuat teman menangis
dengan ulahnya.
13.
Kadang tiba – tiba memukul
– mukul meja untuk membuat irama musik.
14.
Dan lain – lain, dan lain –
lain....
Bagaimana caranya membuat anak
– anak, baik itu si biang gaduh ataupun mereka yang tergolong anak – anak pandai
merasa senang ketika belajar di kelas ?
Mengingat
mengajar anak – anak sekolah dasar bukan cuma aspek ilmu pengetahuan yang perlu
ditekankan, tetapi juga mendidik mereka agar mempunyai kebiasaan yang baik
karena pendidikan moral perlu ditanamkan sejak kecil.
Salah satu
cara yang saya lakukan ketika mengajar anak – anak kelas dua di SD saya :
Hal yang harus kita lakukan :
1.
Membuat alat tukar yang
syah di dalam kelas.
Dalam
kehidupan nyata bisa dikatakan mata uang yang berlaku di dalam kelas. Uang
tersebut bisa disebut karakter dalam kurs mata uang besar. Dan diamon
untuk kurs mata uang kecil. Sepuluh diamon sama dengan satu karakter. Diamon
bernilai sepuluh, dan karakter bernilai seratus. Karakter maupun diamon
tersebut dapat digunakan sebagai pengganti nilai yang beredar di dalam kelas.
Contoh
bentuk diamon dan karakter yang saya buat :
Diamon :
Karakter :
Catatan :
ü
Diamon dibuat dengan ukuran
lebih kecil dari karakter, menunjukkan nilai tukarnya yang memang lebih kecil
dari karakter.
ü
Diamon dibuat satu jenis
saja, karena dianggap koin kecil saja dan untuk memudahkan anak – anak memilih
serta guru menyiapkan diamonnya.
ü
Karakter dibuat dengan
ukuran lebih besar, karena menunjukkan nilai tukarnya yang memang lebih tinggi
dibandingkan dengan diamon.
ü
Karakter dibuat dengan
gambar yang menarik dan bermacam – macam membuat siswa menyukai untuk mengumpulkan
karakter demi karakter.
ü
Karakter dibuat untuk media
pembelajaran juga, contohnya karakter dengan bentuk jam digital atau jam analog
bisa digunakan oleh siswa untuk belajar membaca jam khususnya anak – anak kelas
dua.
ü
Sepuluh diamon dapat mereka
tukarkan dengan satu karakter yang mereka suka.
2.
Membuat kelompok
belajar di kelas
Melatih kebersamaan dan setiakawan,
mengingat anak – anak di kelas rendah masih
cenderung lebih suka bersaing dan mencari kesalahan teman serta
kebenarannya sendiri. Mereka masih suka bertindak individual dari pada kerja
kelompok dan masih belum mengenal tenggang rasa antar teman.
Dibuat kelompok bertujuan untuk
melatih kebersamaan dan kesetiakawanan antar teman, serta digunakan untuk
mengumpulkan mata uang mereka tiap kelompok. Kerja kelompok dilakukan di semua
kegiatan pembelajaran, mulai dari datang ke sekolah sampai pulang dari sekolah.
Dan memberikan nama untuk masing – masing kelompok menggunakan nama hewan atau
buah – buahan atau yang lainnya sesuai dengan keinginan anak. Jumlah anggota di
setiap kelompok di usahakan terdiri dari dua anak atau tiga anak saja, agar
mereka lebih mudah bekerjasama dengan teman kelompoknya.
3.
Aturan yang
digunakan dalam sistem pembelajaran ini
Meliputi reward yang akan
diberikan untuk setiap kegiatan dikelas. Misalnya :
a.
Guru membuat regu piket
untuk perkelompok belajar di kelas dengan membagi tugas kegiatan untuk tiap –
tiap anak, dan setiap pekerjaan yang di kerjakan dengan baik akan mendapat
misalkan dua diamon untuk tiap anak yang mengerjakan tugasnya dengan baik.
b.
Memberikan satu karakter
untuk setiap nilai 100 yang terjadi. Bisa juga di urutkan untuk nilai
dibawahnya dengan akumulasi nilai yang lebih kecil.
c.
Memberikan penghargaan
untuk kelompok yang paling tertib dengan memberikan lima diamon.
d.
Dan lain – lain, dan lain –
lain sesuai kehendak guru yang memanageri permainan di kelas ini.
Hukuman, mengingat hukuman fisik
kadang kurang baik bagi perkembangan mental anak, yang kadang untuk anak yang
pendiam akan menjadi penakut ketika kesalahannya disikapi dengan hukuman keras
untuk anak – anak usia rendah tetapi kalau tanpa hukuman bisa membuat mereka
tidak jera dan kurang menyadari kesalahannya. Maka dari itu disini permainan
ini memberikan sedikit solusi untuk masalah ini. Yaitu dengan, misalnya :
a.
Untuk setiap anak yang
tidak tertib di kelas meliputi hal – hal, hal – hal, seperti contoh – contoh
tentang masalah yang sering dilakukan oleh biang gaduh di kelas seperti
yang telah ditulis di atas akan pendapat pengurangan nilai misalnya dua
karakter untuk kelompoknya.
b.
Dua karakter untuk kelompok
yang anggotanya ada anak yang tidak mengumpulkan PR.
c.
Atau juga dua karakter
untuk semua pelanggaran disiplin di kelas ataupun di sekolah.
4.
Guru menjadi penjual
alat tulis di kelas
Setiap kelompok mempunyai wadah
untuk mengumpulkan nilai yang tertambah dan terkurangi pada setiap proses
pembelajaran di kelas. Untuk setiap nilai yang terkumpul dapat digunakan oleh
kelompok untuk membeli alat tulis menulis yang dijual oleh guru di dalam kelas.
Pembelian alat tulis menulis di dalam kelas ini cuma bisa menggunakan uang
karakter yang telah dikumpulkan oleh masing – masing kelompok. Pembelian alat
tulis ini harus dilakukan dengan cara yang adil, yaitu misalnya satu kelompok
ada dua anak, ketika mereka membeli buku, maka mereka harus membeli dua buku
untuk kelompoknya agar tiap anak mendapat bagian yang sama. Atau bisa juga alat
tulis yang berbeda asalkan alat tulis itu mempunyai nilai tukar yang sama.
Harga yang saya tetapkan untuk
alat tulis yang saya jual di kelas :
NO
|
ALAT TULIS
|
HARGA
|
JUMLAH KARAKTER YANG DIBUTUHKAN
|
1
|
Penghapus
|
500
|
5 karakter
|
2
|
Pensil
|
1000
|
10 karakter
|
3
|
Penggaris
|
1000
|
10 karakter
|
4
|
Buku Tulis
|
1500
|
15 karakter
|
5
|
Buku Gambar
|
1500
|
15 karakter
|
6
|
Pewarna ( pastel )
|
5000
|
50 karakter
|
Setiap transaksi
yang terjadi, dicatat oleh guru di buku khusus. Contoh format yang digunakan
untuk mencatat transaksi dikelas yang saya buat :
Misalnya,
NAMA KELOMPOK
: PANDA
NO
|
NAMA ALAT TULIS
|
HARGA
|
JUMLAH
|
BAYAR
|
KETERANGAN
|
1
|
Buku tulis
|
1500
|
2
|
3000
|
√
|
2
|
Pewarna / Pastel
|
5000
|
1
|
5000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan di ceklist ketika alat tulis tersebut sudah
diberikan kepada anak, karena hari sebelumya mereka biasanya memesan dahulu
alat tulis yang mereka ingin beli dan pembayarannya dilakukan hari itu juga
sedangkan alat tulisnya diberikan oleh guru pada hari berikutnya. Karena alat
tulis itu kadang belum dibeli atau masih disimpan di kosan :D.
5.
Finally
Pada akhir semester, semua
transaksi yang tercatat dan sisa karakter maupun diamon yang dimiliki oleh
masing – masing kelompok diakumulasikan untuk mencari juara pertama, kedua, dan
ketiga, atau sesuai keinginan guru ingin memberikan juara sampai tingkat ke
berapa. Untuk juara yang teraih akan mendapatkan hadiah sesuai kesepakatan atau
keikhlasan dari guru yang memanageri permainan di kelas tersebut. J
Kadang hadiah seperti ini membuat
anak – anak lebih bersemangat untuk mendapatkan dengan hasil jerih payah mereka
sendiri.
CATATAN YANG HARUS
DIPERHATIKAN DALAM PERMAINAN INI :
1.
Guru menyiapkan kotak
diamon dan kotak karakter dalam wadah yang terpisah, agar kedua alat tukar ini
tidak tercampur dan lebih mudah
dirapikan, mengingat anak – anak kelas rendah masih mempunyai insting merusak.
Dan kedua kotak ini di simpan di dalam kelas yang mudah dijangkau oleh anak –
anak.
2.
Dalam mengambil diamon
maupun karakter ataupun menukar diamon ke karakter yang sudah diperoleh oleh
anak, dilakukan oleh anak sendiri. Jadi semua tanggungjawab diserahkan semuanya
ke anak sendiri. Selain untuk memberikan mereka tanggungjawab juga melatih
kejujuran mereka.
MIRACLE
Semua anak melakukan kegiatan ini dengan jujur,
malah ketika mereka menemukan diamon maupun karakter yang bukan punya mereka,
mereka mengembalikan diamon maupun karakter tersebut ke tempatnya semula.
Ketika ada kelebihan karakter ataupun diamon di dompet mereka, mereka pasti
langsung komplaint ke saya dan mengembalikan diamon ataupun karakter yang
kelebihan tersebut ke saya. Dan dengan catatan juga, ketika mereka kehilangan
karakter ataupun diamon yang mereka miliki, mereka pasti juga komplaint ke saya
dan dengan senang hati saya juga akan mengganti karakter maupun diamon yang
hilang tersebut dengan tanpa curiga. Karena biasanya kehilangan tersebut
disebabkan oleh ulah usil anak kelas lain yang suka mengobrak abrik kelas
setelah anak – anak pulang. Dan jika kehilangan diamon ataupun karakter yang
mereka miliki karena kesalahan mereka, biasanya mereka dengan legowo tidak akan
meminta ganti atas kehilangan tersebut.J
Biasanya anak
– anak selalu menghitung setiap lembar karakter maupun diamon yang telah mereka
peroleh, jadi mereka kadang selalu hafal dengan jumlahnya. Maka ketika diamon
serta karakter mereka bertambah ataupun berkurang karena ketidak wajaran
biasanya mereka akan menyadarinya dengan mudah. :D